Survei Security tingkat kepopuleran Dogecoin melebihi Solana. Dalam dunia investasi digital yang terus berubah, aset kripto semakin menarik perhatian, tidak hanya dari komunitas investor profesional, tetapi juga dari masyarakat umum. Dua nama yang baru-baru ini menjadi pusat perhatian adalah Dogecoin (DOGE) dan Solana (SOL). Keduanya memiliki keunikan masing-masing, namun tren terbaru menunjukkan adanya pergeseran minat yang cukup signifikan di antara keduanya.
Dogecoin, yang pada awalnya muncul dari sebuah lelucon internet, kini telah berkembang menjadi salah satu aset kripto yang paling diminati. Di sisi lain, Solana sebagai platform blockchain yang menawarkan efisiensi tinggi dan biaya transaksi yang rendah. Namun, siapa yang menyangka, dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Security, Dogecoin justru melampaui Solana dalam hal kepemilikan dan minat pembelian di kalangan masyarakat Amerika Serikat.
Sobat Cox Lovers, Kita akan membahas tuntas hasil survei tersebut, membandingkan performa serta daya tarik antara Dogecoin dan Solana, serta mengapa Dogecoin berhasil mempertahankan popularitasnya dan bahkan mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.
Dogecoin Dari Meme Menjadi Primadona
Dogecoin muncul pertama kali pada tahun 2013 sebagai hasil kolaborasi antara dua pengembang perangkat lunak, Billy Markus dan Jackson Palmer. Aset ini awalnya hanya dimaksudkan sebagai lelucon yang mengkritik hype seputar Bitcoin. Namun, dengan cepat komunitas online mengadopsinya, dan Dogecoin berkembang menjadi mata uang digital yang memiliki basis pengguna yang luas dan fanatik. Dengan logo Shiba Inu yang menggemaskan, Dogecoin mampu mencuri perhatian banyak orang, terutama generasi muda yang aktif di media sosial.
Salah satu faktor utama yang mendorong popularitas Dogecoin adalah dukungan dari beberapa tokoh terkenal seperti Elon Musk. CEO Tesla dan SpaceX ini sering mencuitkan pendapatnya tentang Dogecoin di Twitter, yang langsung berpengaruh pada harga dan minat masyarakat terhadap aset ini. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam dunia investasi kripto.
Tidak hanya itu, Dogecoin juga dikenal karena sifatnya yang ramah pengguna. Berbeda dengan beberapa kripto lainnya yang membutuhkan pemahaman teknis yang mendalam, Dogecoin menawarkan kemudahan akses dan penggunaan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor pemula yang baru mulai menjelajahi dunia kripto.
Solana Teknologi Hebat yang Tertinggal?
Solana muncul sebagai jawaban atas keterbatasan yang dimiliki Ethereum. Dengan klaim transaksi yang jauh lebih cepat dan biaya yang sangat rendah, Solana pernah digaungkan sebagai Ethereum Killer. Teknologinya yang canggih menjadikannya pilihan menarik bagi pengembang aplikasi terdesentralisasi (dApps) dan proyek NFT.
Namun, dalam praktiknya, Solana masih dihadapkan pada sejumlah tantangan teknis. Beberapa kali platform ini mengalami downtime yang berdampak besar terhadap kepercayaan komunitas. Di sisi lain, meskipun teknologinya unggul, branding dan pendekatan pemasaran Solana dianggap kurang menarik jika dibandingkan dengan Dogecoin yang terlihat lebih manusiawi dan mudah dipahami.
Perbedaan pendekatan ini kemudian berdampak pada tingkat kepemilikan. Dalam survei Security, tercatat bahwa hanya 18% responden yang memiliki Solana, jauh di belakang Dogecoin yang mencapai 31%. Ini menunjukkan bahwa aspek emosional dan koneksi sosial memainkan peran penting dalam keputusan investasi.
Popularitas Dogecoin di Kalangan Investor Ritel
Salah satu kekuatan Dogecoin adalah kemampuan untuk menjangkau investor ritel. Komunitas Dogecoin sangat aktif di platform seperti Reddit dan Twitter, di mana mereka saling berbagi informasi, meme, dan dorongan positif. Komunitas ini menciptakan nuansa kekeluargaan dan kesenangan dalam berinvestasi, yang jarang ditemui pada aset digital lainnya.
Tak mengherankan jika Dogecoin termasuk dalam tiga besar kripto yang paling diinginkan untuk dibeli oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 2025, bersanding dengan Bitcoin dan Ethereum. Posisi ini menandakan bahwa Dogecoin bukan sekadar fenomena sementara, melainkan aset yang memiliki basis pengguna yang terus berkembang dan setia.
Sejumlah investor muda, khususnya dari kelompok Gen Z dan milenial, memandang Dogecoin sebagai gerakan budaya selain sebagai alat investasi. Hal ini memberikan nilai lebih pada DOGE dalam konteks adopsi jangka panjang. Dogecoin menjadi lambang partisipasi dalam komunitas, bukan hanya sebagai sarana memperoleh keuntungan.
Penutup
Data dari survei Security menunjukkan bahwa Dogecoin berhasil mempertahankan bahkan meningkatkan dominasinya di tengah persaingan ketat di dunia kripto. Dengan 31% responden menyatakan memiliki DOGE, dibandingkan 18% untuk Solana, semakin jelas bahwa Dogecoin masih menarik perhatian banyak investor, terutama dari kalangan muda.
Dogecoin membuktikan bahwa popularitas tidak selalu berkaitan dengan kemajuan teknologi, tetapi juga dengan kemudahan akses, kekuatan komunitas, dan citra yang bersahabat. Faktor-faktor inilah yang memungkinkan Dogecoin mengungguli Solana dalam hal adopsi.
Sobat Cox Lovers, dengan berbagai pertimbangan di atas, tidak mengherankan jika Dogecoin tetap menjadi salah satu primadona dalam dunia kripto. Apakah kamu sudah memiliki DOGE dalam portofoliomu? Atau mungkin tertarik menambahkannya setelah membaca artikel ini? Yuk, pikirkan dengan cermat, dan selalu perbarui informasi terbaru di dunia aset digital.